Bumi terus mencatatkan rekor suhu tertinggi dari tahun ke tahun. Fenomena ini dikenal sebagai krisis suhu global.
Gelombang panas ekstrem melanda Eropa, Asia, dan Amerika, mengakibatkan ribuan korban jiwa. Pertanian gagal panen, sungai mengering, dan kota-kota besar menjadi tungku raksasa.
Ilmuwan menyebut perubahan iklim sebagai penyebab utama, diperparah oleh emisi gas rumah kaca dan deforestasi. Namun, tindakan global masih jauh dari kata cukup.
Kota-kota mencoba beradaptasi dengan ruang hijau, pendingin alami, hingga larangan mobil berbahan bakar fosil. Meski begitu, langkah ini belum cukup menahan laju pemanasan.
Negara-negara berkembang menjadi korban terbesar. Mereka tidak punya cukup sumber daya untuk melindungi warganya dari dampak suhu ekstrem.
PBB menyerukan aksi lebih agresif, termasuk transisi energi cepat dan penghentian eksploitasi hutan besar-besaran.
Jika dunia gagal bertindak, krisis suhu bisa melampaui ambang batas yang mengancam kelangsungan hidup manusia.
Krisis ini bukan hanya tentang lingkungan, tapi juga soal keadilan global—siapa yang menanggung beban terberat dari panas yang diciptakan oleh industri negara maju.