Kemandirian Alutsista: Mampukah Industri Pertahanan Dalam Negeri Memodernisasi Militer?

Kemandirian Alutsista: Mampukah Industri Pertahanan Dalam Negeri Memodernisasi Militer?

0 0
Read Time:58 Second

Di tengah dinamika geopolitik global yang semakin tidak menentu, kemandirian dalam pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) menjadi sebuah keniscayaan bagi kedaulatan negara. Indonesia, melalui BUMN industri pertahanan seperti PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia, terus berupaya mengurangi ketergantungan impor.

Target modernisasi Minimum Essential Force (MEF) menuntut anggaran pertahanan yang besar. Tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan antara pembelian alutsista canggih dari luar negeri untuk kebutuhan mendesak dan investasi jangka panjang pada riset dan pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

Beberapa produk dalam negeri telah menunjukkan kemampuannya, seperti Panser Anoa, Medium Tank Harimau, dan kapal perang kelas KCR. Namun, untuk teknologi yang lebih kompleks seperti pesawat tempur, kapal selam, dan sistem rudal canggih, transfer teknologi (ToT) dari mitra asing masih menjadi kunci.

Kesiapan industri pertahanan tidak hanya soal kemampuan produksi, tetapi juga ekosistem pendukungnya. Ini mencakup ketersediaan bahan baku (terutama baja khusus dan komposit), kualitas sumber daya manusia (insinyur), dan kepastian pesanan dari pemerintah (TNI/Polri) untuk menjaga keberlangsungan produksi.

Investasi pada industri pertahanan adalah investasi jangka panjang. Suksesnya kemandirian alutsista akan menjadi fondasi kokoh bagi postur pertahanan Indonesia, sekaligus memberikan efek ganda (multiplier effect) bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalui penguasaan teknologi tinggi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %